di post-kan Oleh
lawupos
on 25 August 2009
Ajaran
SH Terate paling pokok adalah senam, jurus, pasangan, sambung. Itu pokok. Di
tengah itu diajari permainan toya, permainan kripen. Ora iso toyak, ora iso
kripen, ora iso glati, (Tidak bisa toya, tidak bisa kripen, tidak bisa belati –
pen) ndak masalah.
Karena itu ajaran tambahan.
Kemudian pelajaran terakhir, latihan ousdower, peregangan,
ousdower. Jadi yang di muka (senam, jurus, pasangan, sambung -pen) sudah mampu, belakang ndak apa-apa. Kalau ada waktu
diajari. Baru (setelah itu – pen)
siswa diajari pendidikan rohani yang dikenal dengan ke-SH-an. Ya itu saja.
Saya
berpesan, tolong segala sesuatu (segala laku – pen) milik pribadi jangan dianggap ajaran SH
Terate. Saya anak didik almarhum (Alm. RM. Imam Koesoepangat). Tidak pernah
almarhum itu bicara bahwa inilah ajaran SH Terate. Saya sering diajak
tirakatan. Baik naik ke Gunung Lawu maupun ke pantai selatan. Tapi almarhum
tidak pernah mengatakan, apa yang dilakukan itu ajaran SH Terate. Itu laku
almarhum. Karena almarhum semasa hidupnya memang suka tirakat.